Monday 10 December 2012

Mungkinkah Gerakan Pramuka, Benteng Terakhir NKRI?
Sebuah Refleksi Menyongsong Hari Pramuka Ke-48 dan
HUT RI Ke-64 Tahun 2009 
.
Tidak ada suatu bangsa yang menjadi bangsa yang jaya, tanpa cobaan maupun ujian terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Upaya memecah-belah persatuan bangsa Indonesia telah beberapa kali terjadi, namun semua kita berhasil mengatasi. Krisis demi krisis telah datang silih berganti dalam perjalanan sejarah kita, namun semua itu dapat kita selesaikan. Kita meyakini, bahwa susunan dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah pilihan tepat dan final. Atas ketetapan dan pilihan kita itu, kita harus terus membangun negara, menuju keadaan yang aman dan damai, adil dan demokratis, serta sejahtera, yang menjadi cita-cita dan tujuan kemerdekaan bangsa kita. Kemiskinan dan keterbelakangan harus kita perangi, tidak cukup hanya bergantung pada Pemerintah saja, melainkan semua elemen bangsa secara bersama mestinya memiliki kepedulian terhadap bangsa dan negara kita.
Sebagai refleksi kesejarahan di hari peringatan kemerdekaan ke 63 tahun ini, kita semua patut menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya, kepada semua pejuang dan pahlawan bangsa, yang telah mendharmabaktikan hidupnya, bahkan jiwa dan raganya, untuk mencapai, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Erat kaitannya dengan upaya untuk mempertahankan kedaulatan negara dari setiap gangguan dan ancaman, dan tidak punya pilihan lain, kecuali membangun pertahanan negara kita. Bersyukurlah bahwa sepanjang sejarah berdirinya negara kita, TNI yang selalu siap sedia dan berada di barisan terdepan dalam mempertahankan kedaulatan negara sebagai NKRI. TNI tengah melakukan upaya untuk memperkuat dan sekaligus meningkatkan kemampuannya, baik organisasi, profesionalitas personil maupun persenjataannya. Fokus perhatian pertahanan negara yakni diarahkan untuk menjaga kawasan perbatasan laut dan darat, terutama pulaupulau terluar dan terdepan, termasuk membangun pos-pos pengamanan.
Demikian pula, POLRI sebagai penjaga keamanaan akan terus menghadapi tantangan yang tidak ringan dalam menanggulangi berbagai bentuk dan jenis kejahatan. Kejahatan yang harus diberantas, bukan saja yang bersifat trans-nasional seperti kejahatan narkotika, terorisme, pencucian uang dan perdagangan manusia, tetapi juga berbagai kejahatan konvensional yang mengganggu ketenteraman masyarakat, seperti pembuhunan, perjudian, penodongan, pencurian dan perampokan. Persoalan lain dalam penegakan hukum yang terus menjadi perhatian Pemerintah, adalah peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika serta obat-obat berbahaya, atau kejahatan narkoba. Kejahatan narkoba tetap menjadi ancaman, bagi kelangsungan hidup generasi bangsa di masa depan. Meskipun perang terhadap kejahatan narkoba telah dilakukan tanpa henti, tetapi aksi-aksi kejahatan tersebut masih terus berkembang. Beberapa kali POLRI telah berhasil membongkar sejumlah pabrik yang memproduksi narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya dalam jumlah yang sangat besar. Kita patut bersyukur, bahwa kemampuan POLRI dalam menangkal dan menanggulangi ancaman keamanan dan ketertiban masyarakat, telah jauh meningkat. Setahap demi setahap, citra POLRI sebagai aparatur penegak hukum dan pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, semakin membaik.
Dalam era demokratisasi dewasa ini, kita sering dihadapkan dalam persoalan kemasyarakatan yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan cara mudah, tetapi sebaliknya justru yang timbul akan memicu persoalan yang lebih meluas. Ambil saja contoh peristiwa pemilihan kepala daerah (Pilkada) Gubernur dan Bupati/Walikota. Seringkali terjadi pendukung calon yang kalah tidak menerima kekalahan calon yang dijagokan, kemudian melakukan protes ketidak-puasan yang berlanjut dengan tindakan anarkis. Dengan anarkis, banyak timbul kerugian baik bagi masyarakat maupun pemerintah daerahnya. Penulis berfikir apakah karena faktor sejarah yang menjadikan masyarakat kita menjadi anarkis. Tengok saja sejak zaman Ken Arok dan Ken Dedes, pergantian kepemimpinan pada era Orde Baru ke Orde Lama, dan begitupula saat kita memasuki Orde Reformasi satu dasawarsa yang lalu hingga sekarang banyak persoalan yang diselesaikan dengan cara kekerasan. Barangkali lirik lagu kebangsaan kita yang tertulis tanah tumpah darahku perlu kita revisi menjadi tanah damai makmurku? Sehingga masyarakat kita akan terbiasa dalam menyelesaikan masalah dengan cara-cara damai.
Tumbuh kembang partai politik (parpol) di negeri kita sangat menggembirakan karena aspirasi masyarakat terwadahi, dan yang tercatat mengikuti Pemilu 2009 sebanyak 34 parpol. Tetapi ancaman terjadinya gesekan antar anggota dan pendukung parpol pada saat kampanye pemilu relatif kecil. Diyakini setiap parpol berazaskan Pancasila dan memiliki komitmen dalam mensejahterakan rakyat dalam bingkai NKRI, tetapi tidak jarang terjadinya gesekan antar pendukung karena mengedepankan ? perbedaan? parpol masing-masing. Dengan demikian, disinilah Gerakan Pramuka untuk tetap netral dan dapat sebagai benteng untuk tetap mempertahankan NKRI.
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai etnik budaya dan memiliki pulau terbanyak di dunia yang terbungkus dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus dipertahankan terus oleh setiap warga negara Indonesia dan sampai kapanpun. Untuk itulah, Gerakan Pramuka sebagai salah satu elemen bangsa harus ikut mewujudkan anggotanya yang berkepribadian, berwatak dan memiliki jiwa bela negara. Dengan situasi dunia yang semakin menglobal, maka menjadi penting pendidikan jiwa bela negara dalam pendidikan kepramukaan, bahkan bagi semua anggota organisasi kepemudaan lainnya. Ketika Jambore Nasional tahun 2006 mengangkat tema ?Satu Hati, Satu Janji, Satu Bumi Pertiwi?, maknanya sangat dalam ungkap Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Bahkan ketika melepas kontingen Gerakan Pramuka ke Jambore Dunia di Inggris tahun 2007 yang lalu dengan tema ? Satu Dunia, Satu Janji? beliau menambahkan tema menjadi ?Satu Dunia, Satu Janji, Satu Komitmen dan Satu Aksi?. Begitulah betapa pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa-bangsa di dunia, apalagi kita sebagai bangsa Indonesia harus tetap dan terus mempertahankan NKRI. Olimpiade yang kini sedang digelar di Beijing China juga mengusung tema ?One World, One Dream?, menandakan bahwa kita semua merindukan menjadi satu kesatuan. Untuk itulah, banggalah menjadi bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi tantangan Gerakan Pramuka dalam mewujudkan cita-citanya menjadi pilihan utama dan solusi handall masalah-masalah kaum muda.
Gerakan Pramuka dengan Trisatya dan Dasa Darma-nya, dipastikan setiap anggotanya berkomitmen terhadap ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan siap mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia, serta ikut serta dalam pembangunan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Dengan demikian, setiap anggota Gerakan Pramuka tidak diragukan lagi komitmennya terhadap NKRI. Kader-kader bangsa yang berasal dari Pramuka, insya Allah bangsa ini akan memiliki pemimpin masa depan yang tidak diragukan lagi komitmennya tehadap bangsa dan negara. Bahkan penulis berwacana apa perlu kader-kader partai politik dikenalkan dengan nilai-nilai Satya dan Dasa Darma Pramuka agar supaya tetap berkomitmen dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara? Pendidikan kepramukaan diperlukan dewasa ini ketika banyak kaum muda yang terjerumus dalam kesesatan. Pendidikan bela negara, patriotisme pembangunan dan perekat bangsa menjadi harapan masyarakat terhadap Gerakan Pramuka dewasa ini. Disinilah makna Revitalisasi Gerakan Pramuka bagi bangsa Indonesia. Penulis meyakini semua elemen bangsa pasti memilih untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Insya Allah, dalam era kebangkitan Gerakan Pramuka dewasa ini akan dapat memberikan kontribusi yang bermakna untuk Indonesia yang lebih baik di masa depan. Selamat Hari jadi Gerakan Pramuka ke 48 dan Hari jadi RI ke 64, Jayalah Bangsaku.

No comments:

Post a Comment